Rabu, 17 Juli 2013

MEMBACA PERINTAH DARI LANGIT

Membaca bukan sebuah hobi tapi sebuah konsep hidup. Membaca menempati posisi dan kedudukan yang sangat penting dalam kehidupan manusia, membaca merupakan sarana manusia untuk belajar dan mengajar.

Jika kita merenungi kisah turunnya malaikat Jibril pertama kali kepada Rasulullah SAW. Bukankah kalimat pertama kali yang mengajak kita berfikir ialah kalimat agung, yang menjadi permulaan wahyu yang turun kepada Rasulullah SAW, yakni kalimat ''Bacalah!'' Bisa saja wahyu pertama kali turun dengan dimulai kalimat yang lain selain kalimat tersebut. Akan tetapi, Al-Qur'an yang turun selama dua puluh tiga tahun ini dimulai dengan kalimat ''Bacalah!'' Padahal Rasulullah SAW adalah seorang yang ummi (tidak bisa membaca). Betul, kalimat ini ditujukan kepada beliau, sementara beliau sendiri tidak bisa membaca. Walaupun beliau juga memiliki ribuan keutamaan dan akhlak mulia, sehingga sebenarnya bisa saja Al-Qur'an memulai dengan membicarakan masalah akhlaq Rasulullah SAW. Tetapi, wahyu yang turun kepada penutup para rasul itu dinulai dengan menggunakan kalimat perintah yang jelas, to the point, ringkas, dan dalam satu kalimat yang mengandung arti sebagai pedoman hidup manusia, yakni kata-kata, ''Bacalah!''

Sejarah islam juga mencatat bahwa perpustakaan Islam merupakan perpustakaan yang paling besar di Dunia. Bahkan, tidak ada yang menandinginya dalam jangka waktu yang sangat lama. Di antaranya adalah perpustakaan Baghdad, Kordova, Isybiliyah, Gharnathah, Kairo, Damaskus, Tarabulus, Madinah, dan Al-Quds. Inilah sejarah yang sangat panjang dari segi pengetahuan, kebudayaan, dan keilmuan. Inilah nilai membaca dalam kacamata Islam. Sayangnya, dengan semua catatan sejarah dan seluruh nilai yang ada, saat ini umat islam sedang mengalami "buta huruf" yang sangat dahsyat. Kondisi ini jauh berbeda dengan umat Al-Qur'an dan umat zaman dahulu. Padahal, kata pertama yang ada dalam Al-Qur'an adalah sama,yakni, "Bacalah!". Fenomena ini terjadi pada sekelompok orang yang tahu baca tulis dengan baik, atau mereka yang telah menyelesaikan studinya di universitas. Bahkan, bahkan dalam masyarakat yang betul-betul memahami baca tulis, terkadang justru tidak begitu paham mengenai sesuatu yang penting bagi kehidupan mereka di dunia dan akhirat.

Manusia zaman sekarang tidak lagi mau membaca, meski hanya sekedar membaca yang bisa menopang hidupnya agar selamat. Apalagi membaca yang bisa menghasilkan ilmu, menghasilkan keterampilan khusus, dan meraih pengetahuan yang tinggi. Dengan demikian, sikap berbahaya ini merupakan penolakan terhadap peradaban. Sebab, kunci agar umat ini bangkit adalah kalimat "Bacalah!"
Umat tidak akan maju tanpa membaca. Karena itu, salah satu tokoh Yahudi mengatakan, "kita tidak takut dengan orang Islam.Sebab, orang islam adalah umat yang tidak membaca." Sungguh benar apa yang dikatakan Yahudi tadi. Padahal, ia adalah seorang pendusta. Jadi umat yang tak mau membaca adalah umat yang tak punya harga diri dan tak perlu ditakuti.


Selain keengganan untuk membaca, di sana ada masalah lain. Yakni, kebanyakan pemuda yang menghabiskan waktunya, tidak selektif dalam memilih bahan bacaan yang mereka baca. Di antara mereka ada yang berjam-jam menghabiskan waktunya setiap hari untuk membaca puluhan halaman berita olahraga, kesenian, roman percintaan, cerita-cerita porno, dan teka-teki silang. Mereka membaca huruf-huruf dan kata-kata yang banyak, namun tak ada manfaatnya. Karena itu, berlalulah waktu demi waktu, hari demi hari, bulan demi bulan, dan tahun demi tahun begitu saja. Lalu apa yang dihasilkan dari membaca itu semua? Tak ada sama sekali. Untuk menghindari itu semua maka hadirkanlah niat di hati, bahwa kita membaca adalah semata-mata karena Allah telah memerintahkan kita dan agar kita dapat berguna bagi agama dan negara.

(Ahmad Farid Anwar)

0 komentar:

Posting Komentar