Kamis, 18 Juli 2013

KARENA TUHAN MENCINTAIMU

Sang bayu menerpa wajah dengan perlahan. menemani dalam lamunan panjang dan kehampaan. Menjadi saksi bisu goresan hati yang menyayat dan membawa gelisah dan juga tangis. sepasang mata yang menerawang jauh, mencari-cari sebuah jawaban dalam kebisuan alam. Namun, tak kunjung jua didapatinya.

Egoisme….rasa yang tak seharusnya dilesatarikan, rasa yang seharusnya dikubur dan dibuang jauh. tapi dialah pelengkap hidup dan jika telah kuasai hati, maka ia akan buata kan pikiran dan menjadikan penyesalan yang besar pada diri yang hina ini. Semusim kenangan seakan-akan tergadai  dalam suatu bingkisan baru. Sedangkan pandangan ….hanya tinggal pandangan batas. Hanya tergeletak tanya yang menggelayut diantara masa yang tak kunjung terjamah. Meninggalakan hati yang menangis yang penuh kesakitan. Dan tabir merah jingga yang menutupi hidup, yang terlukis disela-sela mega diantara awan di langit senja menutupi angan dan melayang hilang dalam langit dunia yang penuh misteri jua ilusi.

Syifa terlihat begitu murung dan lesu. Semenjak suara telepon berbunyi di kantor pondok dan itu ditujukan untuk dirinya.

Syifa sayang …. maaf ya , berhubung jadwal pekerjaan Ayah terlalu bamyak ayah tidak bisa datang di acara akhir sekolahmu...!” Ucap suara dari seberang sana yang memupmuskan angannya  seketika itu juga. Syifa mengambil nafas dalam-dalam dan menghembuskan perlahan-lahan “ya sudah, tidak apa-apa kok yah!” ucapnya dengan berat. “Kenapa sich..aku hanya seperti temanku yang lain. apa aku salah....?” batinnya  dengan rasa kecewa dan sedih.

Kabut hitam menyelimuti hati. menggerogoti rasa yang bersarang dalam jiwa, memikat hati dan aliran peluh air mata kesedihan. Andaikan saja...semua rasa mampu untuk imengerti, mugkin rass sakitlah itu tak kan melanda raga ini...! Andai saja...semua mampu menganggap keberadaan, mungkin seperti air dalam geriba kecil itu takkan selusuh luka....

Syifa duduk termenung dalam kesenduan sesaat, peluh air matanya meleleh basahi matanya berkawan dengan isak sang langit, yang mendinginkan makhluk bumi.

Dek Syifa....ada  telepon untuk mu...!” ucap mbak Hanik pengurus pondok yang tiba-tiba sudah berada disampingnya. Dan dengan tersentak kaget Syifa pun menjawab “oh iya mbak...iya...!” dengan langkah yang berat dan suasana hati yang sendu, Syifa segera menuju ke kantor. Dan Fifi yang sejak tadi mencari dan mencemaskannya pun cepat mengambil  langkah seribu mengikuti , setelah dia  melihatnya.

 “Assalamualaikum... “ ucap Syifa pelan.

Waalaikumussalam..” Balas suara dari seberang telpon dengan bersahaja. “Adik , kenapa....?” Tiba-tiba hati kak Fatih tidak tenang . “Adik sakit ya...?” tambahnya. Dengan tersendu menahan isak tangisnya Syifa mengambil nafas lebih dalam .

Kak...kakak. harus kesini bagaimanapun caranya....!” Adik pengen seperti temen-temen yang lain kak, bisa imerasakan kehadiran dan kehangatan keluarga saat hari bersejarahku”.

Kalau seperti ini, adek ingin menyusul bunda saja. Dulu waktu bunda masih hidup , bunda lah yang temaniku , tapi sekarang...? Adek sendiri.” Diam sejenak. Syifa tak mampu lagi untuk membendungnya . satu, dua  butir  air matanya pun menetes, “Ayah selalu sibuk  dan hanya punya waktu untuk bunda siska (ibu tiri) juga  dek Rio, sedangkan kakak...? Kakak juga terlalu sibuk dengan pekerjaan . Adk butuh semangat dari keluarga”.

Kehangatan itu.. adek rindukan. Tiga tahun bukanlah waktu yang singkat kak...! dan selama itu pula, adek tidak mendapatkannya dari keluarga sendiri tapi malah dari keluarga Fifi, sahabat baikku”.

Apakah karena adek yang sebabkan bunda tiada, hingga keluarga tak peduli dan menjauhi  diriku?” ucapnya dengan hati terguncang dan terus terisak.

Jauh dari seberang telepon , Fatih yang mendengar tangis adiknya, hatinya teriris. Dia merasa telah gagal menjalankan amanah bundanya.

Fatih ....waktu Bunda tidak lama lagi, jaga adikmu baik-baik , dia masih kecil dan kamu”.  kenang Fatih dengan ucapan mendiang bundanya.  

Hening sejenak,

Bunda seperti itu bukan salah dek Syifa, jadi jangan salahkan dirimu sendiri...!” tukas  Fatih.mendengar ucapan Fatih, Syifa langsung melempar gagang telpon dan keluar kantor sambil menangis tersedu-sedu. Melihat telpon yang masih berbunyi Fifi, mengambil gagang telpon itu,

Assalamualaikum....”.Ucap Fifi.

Waalaikumussalam...” jawab Fatih. “Ini Fifi ...kak! maafkan Syifa ya kak...Om Bakhtiar kemarin telpon dan ngasih kabar kalau dirinya tidak dapat datang karena sibuk ada pekerjaan, padahal Syifa berharap ayahnya bisa menyaksikan  dirinya dianugrahi trofi bintang pelajar,” Cerita Fifi pada Fatih.

Kabut tipis terus sesak penuhi hati membuncah hingga tiada terkendali . Rasa kecewa terus menggelayut dalam jiwa. Bersama gerimis yang semakin padat. Fatih menstater motornya hendak menemui Syifa. Fatih merasa tidak tenang  kalau belum menemui Syifa. Hujan lebat yang disertai kilatan sambaran petir tidak mengurungkan niat Fatih. Di perempatan jalan, lampu lalu lintas yang semula hijau menyala merah tidak disadari Fatih, Tiba-tiba truk trailer dari arah barat meluncur  dan brak...suara keras terdengar dari benturan antara motor Fatih dan Truk itu dan Ftih terpental  jauh dengan tubuh berlumuran darah dan tidak sadarkan diri.

Angan-angan tiada arti lagipun menghilang dalam diri. Peluh air mata terus terurai di pelupuk mata Syifa, dengan sesal  yang tiada henti  Syifa menuju RS.Telogo Rejo tempat kakaknya dirawat.Karena keegoisannya harus menjadikan kakaknya menjadi korban dan ras sesal selalu datng terlambat.

Kak Fatih...!” ucap Syifa lirih dengan mata yang berkaca-kaca karena penuh dengan air mata. Suara lirih dan dengan menahan rasa sakit yang amat terdengar dari bibir yang tampak begitu pucat itu. “Dek Syifa.....” Ucap Fatih.

Kakak maafkan aku, gara-gara aku kakak jadi begini?’ sesal Syifa.

Sudut bibir kanan dan kirinya yang memutih itu, dia coba tarik untuk mempersembahkan seulas senyuman pada keluarga tercinta. “Ayah...” suaranya sedikit bergetar. “tolong, jangan kecewakan adek Syifa lagi...!” .” Aku titip adek sama ayah...” ucap Fatih.

Kakak...kakak...bicara apa, aku ingin kakak sembuh.” ucap Syifa.

Adek...kakak tidak mungkin akan selalu menjaga adek...manusia tidak akan pernah ada yang abadi, jadi adek jangan sedih ya kan masih ada bapak....!” ucap Fatih terakhir kalinya.

Tiba-tiba saja nafas Faih tersengal-sengal . “kakak...kakak...kakak.” jerit Syifa. Jiwa kini telah terlepas dari raga , meninggalkan kefanaan dunia dan melayang-layang kembali dalam pelukan kasih-Nya.

Malam mengayun dalam derap-derap tasbih-Nya. Namun , duka dan rasa bersalah terus mengoyak batin dan bisikan-bisikan cinta kasih-nya terus berhembus bersama sang angin. Semua adalah  kehendak–Nya . Meski terlalu sakit  untuk diterima kau dan aku...Bentuk kasih-Nya selalu bertentangan dengan apa yang kau inginkan. Hidup itu tak mudah. kesakitan,,,kekecewaan....kesedihan....kesusahan...dan semua yang terjadi adalah pertanda ” Karena  Allah Mencintaimu”.


0 komentar:

Posting Komentar