Membaca bukan sebuah hobi tapi
sebuah konsep hidup. Membaca menempati posisi dan kedudukan yang sangat penting
dalam kehidupan manusia, membaca merupakan sarana manusia untuk belajar dan
mengajar.
Jika kita merenungi kisah
turunnya malaikat Jibril pertama kali kepada Rasulullah SAW. Bukankah kalimat
pertama kali yang mengajak kita berfikir ialah kalimat agung, yang menjadi
permulaan wahyu yang turun kepada Rasulullah SAW, yakni kalimat ''Bacalah!'' Bisa
saja wahyu pertama kali turun dengan dimulai kalimat yang lain selain kalimat
tersebut. Akan tetapi, Al-Qur'an yang turun selama dua puluh tiga tahun ini
dimulai dengan kalimat ''Bacalah!'' Padahal Rasulullah SAW adalah seorang yang ummi
(tidak bisa membaca). Betul, kalimat ini ditujukan kepada beliau, sementara
beliau sendiri tidak bisa membaca. Walaupun beliau juga memiliki ribuan
keutamaan dan akhlak mulia, sehingga sebenarnya bisa saja Al-Qur'an memulai
dengan membicarakan masalah akhlaq Rasulullah SAW. Tetapi, wahyu yang turun
kepada penutup para rasul itu dinulai dengan menggunakan kalimat perintah yang
jelas, to the point, ringkas, dan dalam satu kalimat yang mengandung
arti sebagai pedoman hidup manusia, yakni kata-kata, ''Bacalah!''
Sejarah islam juga mencatat
bahwa perpustakaan Islam merupakan perpustakaan yang paling besar di Dunia.
Bahkan, tidak ada yang menandinginya dalam jangka waktu yang sangat lama. Di
antaranya adalah perpustakaan Baghdad, Kordova, Isybiliyah, Gharnathah, Kairo,
Damaskus, Tarabulus, Madinah, dan Al-Quds. Inilah sejarah yang sangat panjang
dari segi pengetahuan, kebudayaan, dan keilmuan. Inilah nilai membaca dalam
kacamata Islam. Sayangnya, dengan semua catatan sejarah dan seluruh nilai yang
ada, saat ini umat islam sedang mengalami "buta huruf" yang sangat
dahsyat. Kondisi ini jauh berbeda dengan umat Al-Qur'an dan umat zaman dahulu.
Padahal, kata pertama yang ada dalam Al-Qur'an adalah sama,yakni,
"Bacalah!". Fenomena ini terjadi pada sekelompok orang yang tahu baca
tulis dengan baik, atau mereka yang telah menyelesaikan studinya di
universitas. Bahkan, bahkan dalam masyarakat yang betul-betul memahami baca
tulis, terkadang justru tidak begitu paham mengenai sesuatu yang penting bagi
kehidupan mereka di dunia dan akhirat.
Manusia zaman sekarang tidak
lagi mau membaca, meski hanya sekedar membaca yang bisa menopang hidupnya agar
selamat. Apalagi membaca yang bisa menghasilkan ilmu, menghasilkan keterampilan
khusus, dan meraih pengetahuan yang tinggi. Dengan demikian, sikap berbahaya
ini merupakan penolakan terhadap peradaban. Sebab, kunci agar umat ini bangkit
adalah kalimat "Bacalah!"
Umat tidak akan maju tanpa
membaca. Karena itu, salah satu tokoh Yahudi mengatakan, "kita tidak takut
dengan orang Islam.Sebab, orang islam adalah umat yang tidak membaca."
Sungguh benar apa yang dikatakan Yahudi tadi. Padahal, ia adalah seorang
pendusta. Jadi umat yang tak mau membaca adalah umat yang tak punya harga diri
dan tak perlu ditakuti.
Selain keengganan untuk membaca,
di sana ada masalah lain. Yakni, kebanyakan pemuda yang menghabiskan waktunya,
tidak selektif dalam memilih bahan bacaan yang mereka baca. Di antara mereka
ada yang berjam-jam menghabiskan waktunya setiap hari untuk membaca puluhan
halaman berita olahraga, kesenian, roman percintaan, cerita-cerita porno, dan
teka-teki silang. Mereka membaca huruf-huruf dan kata-kata yang banyak, namun
tak ada manfaatnya. Karena itu, berlalulah waktu demi waktu, hari demi hari,
bulan demi bulan, dan tahun demi tahun begitu saja. Lalu apa yang dihasilkan
dari membaca itu semua? Tak ada sama sekali. Untuk menghindari itu semua maka
hadirkanlah niat di hati, bahwa kita membaca adalah semata-mata karena Allah
telah memerintahkan kita dan agar kita dapat berguna bagi agama dan negara.
(Ahmad Farid Anwar)
0 komentar:
Posting Komentar