KH. Achmad Fatchi MN rohimahullohu ta'ala |
Kelahiran.
Abah sebutan nama itulah para
santri Darul Ulum memanggilnya, beliau adalah pengasuh pondok pesantren Darul ulum yang ke-dua
menggantikan KH. Ahmad Zaenuri setelah
wafat. Selain dikenal dengan ke'alimannya beliu juga patut dicontoh dan
diteladani bagi santri-santrinya.
Untaian bintang yang berbaris
diujung langit, yang menyinari kegelapan, disusul sinar surya yang beriringan
bayangan, seakan menyambut lahirnya calon Kyai yang akan dikenang jasa-jasanya
sepanjang masa dan menyinari kegelapan pada hamparan di Desa Ngembal rejo.
Beliau adalah KH Ahmad Fathi MN anak yang pertama dari tujuh bersaudara dari
pasangan keluarga kyai Muhdor dan Siti Hamdanah.
Beliau lahir pada tanggal, 22 Desember 1948 M. Dari garis keturunan bapak, beliau memiliki silsilah dari warga
Ngembal rejo, kemudian dari jalur Ibu memiliki silsilah dari daerah Menara kudus.
Masa Menimba Ilmu
Tidak berbeda pada anak-anak
kecil lainya beliau tumbuh dan berkembang seperti halnya anak-anak pada umumnya
. Beliau sejak kecil di besarkan di keluarga
yang religi , beliau pertama kali mengenyam pendidikan di Sekolah Rakyat
(SR). Seiring berjalanya waktu demi memperdalam dan bekal dalam kehidupanya,
pada saat usia duabelas tahunan beliau mulai melakukan rihlah atau
pejalanan menimba ilmu agama di pondok pesantren.
Sudah menjadi tradisi,
bahwasanya pondok pesantren merupakan tempat untuk mencetak calon-calon ulama’dan
pemikir islam yang berkarakter
tawaddu’. Pada tahun 1951 M, Pesantren Ma'rufah desa Cibulek
Kajen-lah yang menjadi tujuan utama
beliau dalam menimba ilmu. Disaat masa menimba ilmu didesa itu beliau
menunjukkan kegigihan dan kejeliannya dalam memperdalam ilmu agama islam
.Akhirnya pada tahun 1959 M beliau dapat
tamat di Madrasah Matholiul Falah
selama delapan tahun, dalam perjalanan nyantri tersebut beliau juga menghafal alfiyah ibnu
malik sampai khatam.
Dari riwayat sumber lainya
diceritakan bahwa sebelum pergi nyantri kepondok lasem beliau terlebih dahulu
sillaturrohim ke dalemnya Bapak Kyai sholichan
dalam isi pembicaaraanya beliau
mengatakan saya pergi nyantri dulu kalau sudah saya akan membantu dan mengabdi di
Madrasah Diniyah Pon-Pes Darul Ulum, di jawab oleh bapak sholichan jangan
pulang dulu kalau syarat masih ada.
Setelah menamatkan belajar di Matholiul
Falah, beliau tidak menampakkan kebosanannya sehingga kembali melanjutkan
nyantri di pondok pesantren Al-Islah Lasem dibawah asuhan Syeh Masduki. Namun
pada perjalanan beliau kali ini sangat membutuhkan kerja keras karena kebutuhan
ekonomi yang kurang mencukupi dan akhirnya beliau memutuskan untuk tetap
mengaji dan sambil bekerja, Aktivitas tersebut di jalani hingga sepuluh tahun
tepatnya pada tahunn 1969 M, disamping itu beliau juga nyantri kilatan di
berbagai pendok-pondok besar lainnya seperti di Jombang ,Ploso dan pondok-pondok lainya yang ada di daerah Jawa Timur.
Pernikahan
Menginjak usia beliau yang
semakin dewasa, tibalah saatnya beliau melaksanakan Sunnah Rasull, dan mengakhiri
masa mudanya untuk memilih pendamping hidupnya dalam menyebarkan agama islam
dikampung halamanya yaitu Desa Ngembal rejo dan tepatnya pada tanggal 31 maret
1978 beliau memilih Nyai Hj Istianah
ni'mah putri pasangan sebagai pendamping hidup beliau. Dari pernikahan itu
yang dijalani dengan keharmonisan keluarga, beliau di karunia oleh Allah
SWT mempunyai delapan putra-putri diantarnya yaitu: 1.) K.H.Sa'adduddin an-Nasih
Lc, 2.) Khifni Nasif 3.) Nayyifaz Zahrihah
4.) Ala'uddin Najih 5.) Nasifuddin Al-A'la 6.) Nasi'uddin Al-Asfa.
Kiprah beliau dipondok
pesantren dan masyarakat
Seudah pulang dari pondok dan
menetap di Desa Ngembal Rejo beliau menjadi tangan kanan Mbah Zaenuri, karena
segala pengajian maupun urusan pondok beliau ikut membantu dengan penuh rasa
ikhlas dan semangat untuk linasyri dinil islam.
Dalam mengarungi kehidupan
bermasyarakat beliau dijadikan sebagai tempat untuk mengadu pemasalahan-permasalahan
agama di Desasa Ngembalrejo, KH. Ahmaad Fathi juga memberikan pengajian yang
berupa tausiyah kepada masyarakat
sekitar , dan para santri khususnya baik masalah fan-fan ilmu seperti
fiqh, hadits, maupun tafsir, maupun masalah kekeluargaan.
Ditengah kesibukan dalam
mengajar santri-santrinya beliau juga menjadi guru di Madrasah Diniyyah bersama
romo kyai setempat diantarannya adalah K. Abdullah, K. Abdul Bari,KH.Ahmad Zaenuri,
K. Masyhud dengan ikhlas dan tanpa pamrih, sehingga pada kegigihan beliau
bersama para ustadaz dalam mengajar para santri membuahkan hasil, akhirnya jumlah santri mengalami peningkatan’
disamping itu tempat untuk sekolah Diniyyah
yang ada di aula pondok tidak mencukupi, kemudian ada inisiatif dan
saran dari ustad-ustad untuk meminta ruangan kelas sendiri dari Yayasan Darul Ulum. Walhasil permintaan tersebut diterima oleh pengurus Yayasan
Darul ’Ulum. Kemudian pada tahun 1971 Madrasah
Diniyyah yang asalmulanya di aula pondok
selatan, sekarang kelasnya di pindah di halaman Madrasah Ibtidaiyyah (MI 01, MI
02) .
Metode pengajaran dan kitab-kitab yang diajarkan beliau
Beliau KH Ahmad Fathi adalah
sosok kyai yang selalu istiqomah dan tak kenal lelah, maupun bosan dalam
mengajarkan ilmunya pada para santri baik dalam keadaan bagaiamanapun. Adapun
jadwal pengajiannya di Dalem mulai jam 08.00 s/d 11.00 dan ba'da maghrib
jam 17.30 s/d 20.30 WIB. Sisi yang patut di teladani para santri, hal
tersebut seperti maqolah
الاستقامة
خيرمن ألف كرمة
Adapun kitab- kitab yang
diajarkan beliau para santri maupun masyarakat sekitar adalah kitab kuning yang
masih relevan sampai sekarang seperti Tafsir jalalin, Fathul Wahab, Irsyadul
Ibad, dankitab-kitab yang lainya. Dan disamping itu beliau juga mengajar kitab
yang selalu dibaca (ketika hatam diulangi kembali) yaitu fathul qorib dan ibnu
aqil. Beliau dalam mengajarkan kitab-kitab salaf tersebut dengan menggunakan
metode bandongan (kyai membaca dan para santri memaknainya maupun mendengarkan keterangan
tersebut). Karena itulah metode-metode yang biasa dilakukan Kyai-kyai
terdahulu.
Wafat beliau
Tiada kehidupan yang abadi, itulah
yang dihadapi oleh semuia manusia, begitu juga yang dihadapi oleh beliau ,
setelah mengemban tugas yang berat sebagai kyai sehinga pada 2001 dipanggil
oleh yang maha kuasa meninggalkan keluarga,santri, dan masyarakat untuk
selama-lamanya.dan semoga amal-amal beliau diterima disisi oleh Allah SWT. Aminnnn.